Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Sesuai dengan tujuan yang sudah ada
seharusnya sistem pembelajaran di Indonesia mampu menciptakan manusia Indonesia
seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa serta berilmu pengetahuan
yang tinggi[1].
Pendidikan
adalah masalah bagi setiap orang. Setiap
kali selalu saja muncul berbagai keluhan tentang pendidikan, baik kurikulumnya,
sistemnya, tenaga pendidiknya, dan sebagainya. Setiap orang selalu menuntut dan
menginginkannya lebih. Tidak mengherankan karena pendidikan harus berubah
seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan teknologi. Sebaliknya, kedua
hal ini pun sangat terkait dengan hal yang pertama. Dari berbagai keluhan dan
ketidakpuasan, sebenarnya terungkap satu keinginan yang sama yaitu Pendidikan
yang sesempurna mungkin untuk menghasilkan manusia-manusia yang cerdas,
terampil, dan berkepribadian.
Adalah
satu tantangan besar bagi para pemikir, perencana dan pelaksana pendidikan
untuk merencanakan dan mengembangkan system pendidikan nasional yang relevan
dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun. Tuntutan masyarakat akan
pendidikan yang bermutu dan relevan telah mengisi pemberitaan dan pembicaraan
diberbagai kalangan yang berkepentingan terhadap usaha peningkatan mutu dan
relevansi pendidikan.
Saya jadi
Teringat sebuah diskusi kecil dengan seorang kawan, ketika mendengar “Krisis di
dunia Pendidikan Islam dewasa ini”. Diskusi ini sebenarnya lebih bersifat
unformal. Kawan saya mengatakan bahwa keadaan Pendidikan Islam tak ubahnya
Liverpool, sebuah club sepak bola kasta utama di English Premier League. Bukan
bermaksud mensejajarkan Pendidikan dengan Club tersebut. Namun lebih pada
kemiripan nasib, Dimana keduanya pernah sama-sama menggenggam masa keemasan.
Islam telah tercatat sejarah pernah mendominasi dunia dengan kedigdayaan ilmu
pengetahuannya. Pun Liverpool pernah merajai Eropa dengan segudang prestasinya
dulu pada kurun 1980-1990an.
Keduanya pun sama-sama bukan tanpa
usaha dan upaya untuk meraih kembai “supremasi” yang pernah tergenggam,
Liverpool mencoba melangkah dengan pelatih, pemain, management dan Fans untuk
kembali mendigdaya, juga Pendidikan Islam dengan Pemikir, Praktisi Pendidikan,
Pelajar dan Management Pendidikan juga mencoba mengembalikan Pendidikan Islam
menjadi kiblat peradaban Dunia yang semakin kompleks dan modern.
Seputar krisis
pendidikan Islam serta problem lain yang sangat menuntut upaya pemecahan secara
mendesak. Khursid Ahmad menyatakan bahwa di antara persoalan-persoalan yang
dihadapi dunia Islam masa kini, persoalan pendidikan adalah tantangan yang
paling berat. Masa depan Islam akan sangat tergantung pada bagaimana dunia itu menghadapi
tantangan ini[2]. Pendidikan merupakan usaha dari
manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya, dalam membimbing,
melatih,mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup
kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung
jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat
dan cirri-ciri kemanusianya Dan pendidikan formal disekolah hanya bagian kecil
saja daripadanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitanya dengan proses
pendidikan secara keseluruhannya. Dengan pengertian pendidikan yang luas,
berarti bahwa masalah kependidkan pun mempunyai ruang lingkup yang luas
pula.yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memang diantara
permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah pendidikan yang sederhan
yang menyangkut praktyek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak pula
diantaranya yang menyangkut masalah yang bersifat mendasar dan mendalam.
Gambaran umum kehidupan masyarakat masa kini, banyak kemajuan yang dirasakan, baik dalam
ilmu pengetahuan, teknologi ataupun komunikasi mulai dari yang sifatnya
tradional hingga yang paling canggih. Di balik semua itu banyak pula dilihat,
dirasakan dan didengar orang tua (langsung/tidak langsung) telah menyatakan
keluhan terhadap keperihatinan terhadap anak-anaknya. Keluhan-keluhan tersebut
meliputi :
·
Pekerjaan terbatas dan tenaga kerja yang melimpah ruah, pengangguran
terjadi di mana-mana, premanisasi semakin menjadi-jadi dari kalangan kaum muda.
·
Pergaulan bebas sudah tidak bisa dibatasi.
·
Model-model pakaian yang memicu kepada gairah seks.
· Pergaulan anak dan orang tua kurang memperhatikan moral, akan tetapi lebih
mementingkan kepada materi dan keilmuan.
·
Persoalan agama hanya merupakan simbol-simbol ritual, sedangkan amaliyah
dan syari'atnya kurang dikerjakan. Sehingga umat beragama nyaris kehilangan
identitas keagamaannya.
·
Tingkat Kriminalitas yang tinggi
Jika melihat
beberapa point diatas dalam realitasnya pendidikan Islam sebagai subsistem
dinilai masih kering dari aspek pedagogis, dan lebih mekanistik dalam
menjalankan fungsinya sehingga terkesan hanya akan melahirkan peserta didik
yang ”kerdil” karena tidak memiliki
dunianya sendiri. Konsep
pendidikan telah dipaksa untuk menuruti konsep development-kapitalis yang
terelaborasi sedemikian rupa, demi memenuhi kebutuhan industrialisasi[3],
Inilah yang mensinyalir lahirnya pandangan bahawa Krisis sedang dialami oleh
pendidikan Islam.
Mengenai
Krisis di Dunia Pendidikan Islam ini, Saya jadi teringat sebuah tulisan Seorang
Pembaharu Mesir, Prof. Dr. Yusuf Qardhawi
“Umat
dan Bangsa ini tetap hidup dan akan terus hidup, Namun akan ada cobaan berupa
sakit. Sakit seperti yang dialami bangsa/umat lainnya. Seperti Allah
Menertapkan ketetapan pada Bangsa dan Umat lainnya. Dalam Surah Fathir ayat 43
disebutkan :
فَلَن
تَجِدَ لِسُنَّتِ ٱللَّهِ تَبْدِيلًۭا ۖ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ ٱللَّهِ
تَحْوِيلًا
“…maka
sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan
sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.”
Bangsa ini tidak mati, tetapi
akan mendapatkan
serangan (sakit),
saya telah bertemu dan salah satu
saudara saya yang bijaksana
dan benar
yang berkata kepada saya: “Penyakit ini sangat berbahaya (terhadap Bangsa dan Umat), maka berhati-hatilah dan jadi kami mencoba untuk memperlakukan
mereka jika mereka memiliki obat.”
Segala
sesuatu pasti ada obatnya “ Segala penyakit yang diturunkan Allah, Pasti ada
obatnya. Seperti halnya orang pandai yang mengajari orang bodoh (untuk menjadi
pintar)”[4].
Ini berlaku pada penyakit fisik, moral,
pada penyakit individu, kelompok dan Penyakit Umat atau Bangsa.”
Kedepannya, Dunia global yang kini digadang-gadang menjadi world of view, tentu saja akan berhadapan dengan dunia pendidikan. Siapkah dunia pendidikan mempersiapkan Relevansi dan tindakan guna menghadapi Dunia global? Persiapan tentu sudah dimulai dari sekarang, kesadaran akan hal tersebut menjadi sangat diperlukan. Dunia yang maju tanpa dibarengi dengan pendidikan yang kompeten dan melandas tentu menjadikan kehilangan arah dalam alur hidup.
Bagaimana dengan anda?
[1] M. Fethullah Gulen, Menghidupkan
Iman Dengan Mempelajari Tanda-tanda Kebesarannya, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2002, hlm. 142
[2] Machnun Husein, Pendidikan
Islam dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta, Nur Cahaya, 1983, vii
[3] Syamsul
Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu. 2007,
Hlm 105
[4] . رواه أحمد (3922)، وقال مخرجوه: صحيح لغيره، وابن
ماجه في الطب (3438)، وصححه الألباني في الصحيحة (451)، عن ابن مسعود.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar