Rabu, 17 Oktober 2012

Dunia Global, Menantang Pendidikan

Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sesuai dengan tujuan yang sudah ada seharusnya sistem pembelajaran di Indonesia mampu menciptakan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa serta berilmu pengetahuan yang tinggi[1].
Pendidikan adalah masalah bagi setiap orang. Setiap kali selalu saja muncul berbagai keluhan tentang pendidikan, baik kurikulumnya, sistemnya, tenaga pendidiknya, dan sebagainya. Setiap orang selalu menuntut dan menginginkannya lebih. Tidak mengherankan karena pendidikan harus berubah seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan teknologi. Sebaliknya, kedua hal ini pun sangat terkait dengan hal yang pertama. Dari berbagai keluhan dan ketidakpuasan, sebenarnya terungkap satu keinginan yang sama yaitu Pendidikan yang sesempurna mungkin untuk menghasilkan manusia-manusia yang cerdas, terampil, dan berkepribadian.
Adalah satu tantangan besar bagi para pemikir, perencana dan pelaksana pendidikan untuk merencanakan dan mengembangkan system pendidikan nasional yang relevan dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun. Tuntutan masyarakat akan pendidikan yang bermutu dan relevan telah mengisi pemberitaan dan pembicaraan diberbagai kalangan yang berkepentingan terhadap usaha peningkatan mutu dan relevansi pendidikan.
Saya jadi Teringat sebuah diskusi kecil dengan seorang kawan, ketika mendengar “Krisis di dunia Pendidikan Islam dewasa ini”. Diskusi ini sebenarnya lebih bersifat unformal. Kawan saya mengatakan bahwa keadaan Pendidikan Islam tak ubahnya Liverpool, sebuah club sepak bola kasta utama di English Premier League. Bukan bermaksud mensejajarkan Pendidikan dengan Club tersebut. Namun lebih pada kemiripan nasib, Dimana keduanya pernah sama-sama menggenggam masa keemasan. Islam telah tercatat sejarah pernah mendominasi dunia dengan kedigdayaan ilmu pengetahuannya. Pun Liverpool pernah merajai Eropa dengan segudang prestasinya dulu pada kurun 1980-1990an.
Keduanya pun sama-sama bukan tanpa usaha dan upaya untuk meraih kembai “supremasi” yang pernah tergenggam, Liverpool mencoba melangkah dengan pelatih, pemain, management dan Fans untuk kembali mendigdaya, juga Pendidikan Islam dengan Pemikir, Praktisi Pendidikan, Pelajar dan Management Pendidikan juga mencoba mengembalikan Pendidikan Islam menjadi kiblat peradaban Dunia yang semakin kompleks dan modern.
Seputar krisis pendidikan Islam serta problem lain yang sangat menuntut upaya pemecahan secara mendesak. Khursid Ahmad menyatakan bahwa di antara persoalan-persoalan yang dihadapi dunia Islam masa kini, persoalan pendidikan adalah tantangan yang paling berat. Masa depan Islam akan sangat tergantung pada bagaimana dunia itu menghadapi tantangan ini[2]. Pendidikan merupakan usaha dari manusia dewasa yang telah sadar akan kemanusiannya, dalam membimbing, melatih,mengajar dan menanamkan nilai-nilai serta dasar-dasar pandangan hidup kepada generasi muda, agar nantinya menjadi manusia yang sadar dan bertanggung jawab akan tugas-tugas hidupnya sebagai manusia, sesuai dengan sifat hakikat dan cirri-ciri kemanusianya Dan pendidikan formal disekolah hanya bagian kecil saja daripadanya. Tetapi merupakan inti dan bisa lepas kaitanya dengan proses pendidikan secara keseluruhannya. Dengan pengertian pendidikan yang luas, berarti bahwa masalah kependidkan pun mempunyai ruang lingkup yang luas pula.yang menyangkut seluruh aspek hidup dan kehidupan manusia. Memang diantara permasalahan kependidikan tersebut terdapat masalah pendidikan yang sederhan yang menyangkut praktyek dan pelaksanaan sehari-hari, tetapi banyak pula diantaranya yang menyangkut masalah yang bersifat mendasar dan mendalam.
Gambaran umum kehidupan masyarakat masa kini, banyak kemajuan yang dirasakan, baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi ataupun komunikasi mulai dari yang sifatnya tradional hingga yang paling canggih. Di balik semua itu banyak pula dilihat, dirasakan dan didengar orang tua (langsung/tidak langsung) telah menyatakan keluhan terhadap keperihatinan terhadap anak-anaknya. Keluhan-keluhan tersebut meliputi :
·         Pekerjaan terbatas dan tenaga kerja yang melimpah ruah, pengangguran terjadi di mana-mana, premanisasi semakin menjadi-jadi dari kalangan kaum muda.
·         Pergaulan bebas sudah tidak bisa dibatasi.
·         Model-model pakaian yang memicu kepada gairah seks.
·       Pergaulan anak dan orang tua kurang memperhatikan moral, akan tetapi lebih mementingkan kepada materi dan keilmuan.
·       Persoalan agama hanya merupakan simbol-simbol ritual, sedangkan amaliyah dan syari'atnya kurang dikerjakan. Sehingga umat beragama nyaris kehilangan identitas keagamaannya.
·         Tingkat Kriminalitas yang tinggi

Jika melihat beberapa point diatas dalam realitasnya pendidikan Islam sebagai subsistem dinilai masih kering dari aspek pedagogis, dan lebih mekanistik dalam menjalankan fungsinya sehingga terkesan hanya akan melahirkan peserta didik yang ”kerdil” karena tidak memiliki dunianya sendiri. Konsep pendidikan telah dipaksa untuk menuruti konsep development-kapitalis yang terelaborasi sedemikian rupa, demi memenuhi kebutuhan industrialisasi[3], Inilah yang mensinyalir lahirnya pandangan bahawa Krisis sedang dialami oleh pendidikan Islam.
Mengenai Krisis di Dunia Pendidikan Islam ini, Saya jadi teringat sebuah tulisan Seorang Pembaharu Mesir, Prof. Dr. Yusuf Qardhawi
“Umat dan Bangsa ini tetap hidup dan akan terus hidup, Namun akan ada cobaan berupa sakit. Sakit seperti yang dialami bangsa/umat lainnya. Seperti Allah Menertapkan ketetapan pada Bangsa dan Umat lainnya. Dalam Surah Fathir ayat 43 disebutkan :

فَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ ٱللَّهِ تَبْدِيلًۭا ۖ وَلَن تَجِدَ لِسُنَّتِ ٱللَّهِ تَحْوِيلًا
“…maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.”

Bangsa ini tidak mati, tetapi akan mendapatkan serangan (sakit), saya telah bertemu dan salah satu saudara saya yang bijaksana dan benar yang berkata kepada saya: Penyakit ini sangat berbahaya (terhadap Bangsa dan Umat), maka berhati-hatilah dan jadi kami mencoba untuk memperlakukan mereka jika mereka memiliki obat.
Segala sesuatu pasti ada obatnya “ Segala penyakit yang diturunkan Allah, Pasti ada obatnya. Seperti halnya orang pandai yang mengajari orang bodoh (untuk menjadi pintar)”[4]. Ini berlaku pada penyakit fisik, moral, pada penyakit individu, kelompok dan Penyakit Umat atau Bangsa.”
Kedepannya, Dunia global yang kini digadang-gadang menjadi world of view, tentu saja akan berhadapan dengan dunia pendidikan. Siapkah dunia pendidikan mempersiapkan Relevansi dan tindakan guna menghadapi Dunia global? Persiapan tentu sudah dimulai dari sekarang, kesadaran akan hal tersebut menjadi sangat diperlukan. Dunia yang maju tanpa dibarengi dengan pendidikan yang kompeten dan melandas tentu menjadikan kehilangan arah dalam alur hidup. 
Bagaimana dengan anda?

[1] M. Fethullah Gulen, Menghidupkan Iman Dengan Mempelajari Tanda-tanda Kebesarannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 142
[2] Machnun Husein, Pendidikan Islam dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta, Nur Cahaya, 1983, vii
[3] Syamsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu. 2007, Hlm 105

[4] . رواه أحمد (3922)، وقال مخرجوه: صحيح لغيره،  وابن ماجه في الطب (3438)، وصححه الألباني في الصحيحة (451)، عن ابن مسعود.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar