Minggu, 28 Oktober 2012

Reaktualisasi Semangat dan Esensi Sumpah Pemuda



28 Oktober 1928, atau dikenal dengan Sumpah Pemuda, diyakini menjadi salah satu tonggak pergerakan dalam membentuk Kesatuan Indonesia dalam melepaskan diri dan menyudahi perjuangan melawan Penjajah (Maaf, Indonesia tidak dijajah, Indonesia berjuang!!). 

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia. Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, PPI, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie serta Kwee Thiam Hong sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Diprakarsai oleh AR Baswedan pemuda keturunan arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkan Sumpah pemuda keturunan arab. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat, yaitu : Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis. 

Kongres tersebut berhasil membangun semangat pemuda Indonesia dari pelbagai pelosok Nusantara untuk menyatukan suara demi daulatnya Indonesia. semangat yang di gambarkan melalui Sumpah Pemuda, yang masih kita kumandangkan sekarang, walau stahun sekali (mungkin).

Menilik Sumpah Pemuda secara Tekstual, aah...apalah arti dari itu? tak jauh berbeda dengan lirik-lirik lagu atau puisi penyemangat kebanyakan bukan? saya kira anda pernah berkata begitu. Silahkan ganti cara pemikiran anda, dibalik Sumpah Pemuda yang sering berkumandang tersebut, Segunung semangat besar dari gunung-gunung menggelegar bersatu. memuncak dan siap menyemburkan lahar pergerakan yang sangat luar biasa. 

Tuntutan akan adanya perubahan keadaan bisa jadi menjadi pemicu dan pemrakarsa berkumpulnya pemuda-pemuda Indonesia. penjajahan dan perlawanan maksimal bangsa ini berada dipuncak, namun tak kunjung menemui akhir kala itu. diperlukan adanya pemersatu, apalah arti satu lidi yang mampu membersihkan sepetak lapangan? bukankah beratus lidi yang disatukan akan lebih memperdahsyat kekuatan lidi tadi dalam kinerjanya? kira-kira seperti itulah pemicu adanya Sumpah pemuda (versi saya).

 Masih adakah semangat dan esensi semangat tersebut kini?

Secara momentum sumpah pemuda selalu diperingati, disekolah, di instansi pemerintahan baik pusat maupun daerah sepertinya masih rajin mengadakan ceremonial setiap 28 Oktober. Namun secara faktual, rasa-rasanya semangat dan esensi tersebut meluntur jika melihat beberapa kenyataan dunia pemuda masa kini. 

Tengok saja pemuda disekitar kita, besar mana prosentase pemuda dengan gerakan yang terkonsep dan tidak? atau simple saja, Banyak mana pemuda malas atau pemuda rajin? 
Indikator tak matematis berikut dapat jadi rujukan, Pemuda masa kini kiranya telah menikmati kemerdekaan buah perjuangan para Pahlawan, Jika dahulu pemuda menenteng senjata. tentu masa kini perjuangan akan berbeda. tantangan bukan lagi berupa musuh yang menghadang didepan dengan peralatan tempur dan militer. tantangan kini lebih kompleks, yakni merawat dan bagaimana mensyukuri kemerdekaan dan perjuangan yang telah diperjuangkan oleh pendahulu pemuda-pemuda tsb. sejauh mana hal itu telah diperjuangkan?

Tak semua pemuda tak memperjuangkan hal tersebut, masih tercatat pemuda-pemuda brilian yang mampu mengharumkan nama bangsa dalam berbagai bidang, baik dalam ranah regional maupun Internasional. hal tersebut jarang mendapat tempat dan publikasi yang terexplore merata. sehingga semangat yang mereka miliki rasa-rasanya jarang yang menyengat pemuda lain.

Kini, Rasanya tak perlu merubah teks Sumpah Pemuda. namun bagaimana mentrasnformasikan semangat dan esensi yang ada didalamnya. menjelmakannya dalam gerakan-gerakan kepemudaan guna lebih memperata young power yang dimiliki Bangsa ini,


Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia. Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, PPI, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie serta Kwee Thiam Hong sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Diprakarsai oleh AR Baswedan pemuda keturunan arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkan Sumpah pemuda keturunan arab. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat, yaitu : Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Read more at: http://www.attayaya.net/2008/10/sejarah-sumpah-pemuda-dan-museum-sumpah.html
Diambil dari tulisan aslinya di http://www.attayaya.net
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia. Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, PPI, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie serta Kwee Thiam Hong sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Diprakarsai oleh AR Baswedan pemuda keturunan arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkan Sumpah pemuda keturunan arab. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat, yaitu : Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Read more at: http://www.attayaya.net/2008/10/sejarah-sumpah-pemuda-dan-museum-sumpah.html
Diambil dari tulisan aslinya di http://www.attayaya.net
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia. Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, PPI, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie serta Kwee Thiam Hong sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Diprakarsai oleh AR Baswedan pemuda keturunan arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkan Sumpah pemuda keturunan arab. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat, yaitu : Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Read more at: http://www.attayaya.net/2008/10/sejarah-sumpah-pemuda-dan-museum-sumpah.html
Diambil dari tulisan aslinya di http://www.attayaya.net
Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia. Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, PPI, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie serta Kwee Thiam Hong sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Diprakarsai oleh AR Baswedan pemuda keturunan arab di Indonesia mengadakan kongres di Semarang dan mengumandangkan Sumpah pemuda keturunan arab. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat, yaitu : Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng. Dalam sambutannya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Read more at: http://www.attayaya.net/2008/10/sejarah-sumpah-pemuda-dan-museum-sumpah.html
Diambil dari tulisan aslinya di http://www.attayaya.net

Sabtu, 27 Oktober 2012

Sekilas Tokoh Orientalis Hadist Masyhur


Dalam pranata Keilmuan Hadist, ada sebuah kajian mengenai Orientalis Hadist. apa itu orientalis hadist? Istilah orientalis sendiri mulanya adalah bagian dari ilmu antropologi yang tujuannya sama dengan ilmu induknya tersebut yaitu untuk mempelajari kebudayaan lain agar bisa menemukan kebudayaan terbaik yang bisa dijadikan kebudayaan pilot project bagi seluruh dunia.

Lambat laun Orientalis menjadi sebuah kajian yang mengembangkan sayap ke outside barat (ke timur). Karena masyarakat merasa mereka lebih berbudaya daripada masyarakat oriental (timur), baik itu timur jauh, timur tengah, timur selatan. adapula yang mengatakan hal ini terjadi karena preventive terhadap ekspansi besar-besaran Islam (timur), pada masa setelah jatuhnya Istanbul pada 857 H/1453 M ketangan Kaum Muslimin, yang ekspansi tersebut mengantarkan kaum muslimin merangsak masuk ke Eropa melalui Wina.

Ada tiga hal yang sering dikemukakan orientalis dalam penelitian mereka terhadap al Hadits, yaitu tentang para perawi hadits, kepribadian Nabi Muhammad SAW, metode pengklasifikasian hadits.
  • Aspek perawi hadits.
Para orientalis sering mempertanyakan tentang para perawi yang banyak meriwayatkan hadits dari rasulullah. seperti yang kita ketahui bersama para sahabat yang terkenal sebagai perawi bukanlah para sahabat yang yang banyak menghabiskan waktunya bersama rasullah seperti Abu bakar, Umar, Usman dan Ali. Namun yang banyak meriwayatkan hadits adalah sahabat-sahabat junior dalam artian karena mereka adalah orang “baru” dalam kehidupan rasulullah. Dalam daftar sahabat yang banyak meriwayatkan hadits tempat teratas diduduki oleh sahabat yang hanya paling lama 10 tahun berkumpul dengan Nabi, seperti Abu hurairah, Sayyidah Aisyah, Anas bin malik, Abdullah ibn Umar dll. Abu hurairah selama masa 3 tahun dia berkumpul dengan Nabi telah berhasil meriwayatkan lebih dari 5800 hadits, Sayyidah Aisyah mengumpulkan lebih dari 3000 hadits dan demikian juga dengan Abdullah ibn Umar, Anas. Suatu jumlah yang fantastis yang sangat jauh dengan jumlah hadits yang diriwayatkan oleh para khulafaur rasyidin yang kalau digabung bahkan tak mencapai 3500 hadits.
Kritikan para orientalis banyak ditujukan kepada Abu hurairah dan Sayyidah Aisyah, dua sahabat periwayat hadits paling banyak. Abu hurairah dikecam karena pertentangannya dengan para sahabat mengenai kesalahannya dalam periwayatan hadits, seperti yang diutarakan oleh Abu bakar :
Kalau saja saya mau, saya bisa menceritakan semua hal yang pernah saya ketahui bersumber dari rasulullah dan berita dari sahabat yang lain tentang diri beliau, mungkin ini akan menghabiskan waktu berhari-hari, namun saya takut apa-apa yang saya sampaikan nantinya tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya terjadi, tapi entah kenapa orang itu (Abu hurairah) tiada berhenti bercerita tentang nabi seakan-akan dia mengetahui segala hal tentang Nabi.
Riwayat lain juga menyebutkan komentar Sayyidina Umar ibn khatab tentang Abu hurairah, pembohong terbesar diantara perawi hadits adalah Abu hurairah dan aku akan memenjarakannya bila dia tidak berhenti meriwayatkan hadits.
Kritikan tidak kalah tajamnya juga diterima oleh Sayyidah Aisyah, pertempurannya dengan Sayyidina Ali dalam perang jamal, adalah sebuah bukti nyata bagi umat islam untuk mempertanyakan sifat adil adalah yang dimiliki beliau, karena bagaimana mungkin seseorang yang melakukan tindakan bughat terhadap khalifah yang terpilih secara sah masih bisa disebut dengan adil, dan kalau sudah tidak adil apakah hadits-haditsnya masih layak pakai.
  • Aspek kepribadian Nabi Muhammad SAW.
Tidak cukup dengan menyerang para perawi hadits, kepribadian Nabi Muhammad juga perlu dipertanyakan.mereka membagi status nabi menjadi tiga sebagai rasul, kepala negara, dan pribadi biasa sebagaimana orang kebanyakan. Bahwa selama ini hadits dikenal sebagai segala sesuatu yang dinisbatkan kepada Nabi Muhammad baik perbuatan, perkataan dan ketetapan beliau juga perlu direkontruksi ulang. Sesuatu yang berdasarkan dari Nabi baru disebut hadits jika sesuatu tersebut berkaitan dengan hal-hal praktis keagamaan, karena jika tidak hal itu tidak layak untuk disebut dengan hadits, karena bisa saja hal itu hanya timbul dari status lain seorang Muhammad.
  • Aspek pengklasifikasian hadits.
Sejarah penulisan hadits juga tidak lepas dari kritikan mereka. Penulisan hadits yang baru dilakukan beberapa dekade setelah Nabi Muhammad wafat juga perlu mendapat perhatian khusus. Hal itu, lanjut mereka, membuka peluang terhadap kesalahan dalam penyampaian hadits secara verbal, sebagaimana yang dikatakan oleh Montgomery watt, salah seorang orientalis ternama saat ini :
Semua perkataan dan perbuatan Muhammad tidak pernah terdokumentasikan dalam bentuk tulisan semasa Ia hidup atau sepeninggalnya. Pastinya hal tersebut disampaikan secara lisan ke lisan, setidak-tidaknya pada awal mulanya. Hal itu diakui ataupun tidak sedikit banyak akan mengakibatkan distorsi makna, seperti halnya dalam permainan telpon-telponan anak kecil.


Di dalam salah satu bukunya, Orientalism, Edward said mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh para orientalis dalam meneliti agama islam, khususnya hadits, bukanlah pekerjaan yang non profit oriented, artinya mereka memiliki tujuan tertentu dengan meneliti agama Islam sedemikian rupa, tujuan itu antara lain adalah mencari kelemahan Islam dan kemudian mencoba menghancurkannya pelan-pelan dari dalam. Walaupun tidak semua orientalis memiliki tujuan seperti itu paling tidak itu adalah  sebuah anomali dari sekelompaok orang yang boleh dikata memiliki persentase sangat kecil. Hal inilah yang menjadi alasan bagi Hasan hanafi cs untuk membalas perlakuan mereka dengan giliran balik menyerang kebuadayaan barat dengan cara mempelajarinya dan kemudian juga dengan cara yang sistematis mencoba menggerogotinya dari dalam.

Mereka memilih hadits dalam upayanya untuk menyerang umat Islam karena kedudukan hadits yang sangat penting dalam kehidupan kaum muslim. Hadits adalah sumber hukum kedua setelah al Quran sekaligus juga sebagai penjelas dari al Quran itu sendiri. Mereka lebih memilih menyerang hadits ketimbang al Quran, karena hadits hanyalah perkataan manusia yang bisa saja mengandung kesalahan dan unsur-unsur negatif lainnya. Mereka sulit untuk mencoba mendistorsikan al Quran karena al Quran adalah sumber transendental dari tuhan yang telah terjamin dari semua unsur negatif.

Menurut Prof. Dr. M.M. Azami, Sarjana Barat yang pertama kali melakukan kajian tentang hadis adalah Ignaz Goldziher, Seorang orientalis Yahudi Kelahiran Hongaria (1850-1921 M). dengan "kitab suci" penelitiannya yang sampai saat ini menjadi rujukan utama kaum Orientalis yang berjudul Muhammedanische Studien (Studi Islam). 

Beberapa Tokoh Orientalis Hadist yang Masyhur  

1. Ignaz Goldziher.



Diatas sudah sedikit disinggung mengenai tokoh ini, Ia pernah belajar di Budapest, Berlin dan Liepzig. pada 1873 ia pergi ke Syiria dan belajar pada Syeickh Tahir al-Jazairi. Kemudian pindah ke Palestina, lalu ke Mesir menimba ilmu pada sejumlah ulama di al-Azhar.
Bisa dikatakan Ignaz Goldziher menjadi patokan bagi periodesasi kajian orientalisme sehingga kajian orientalis atas Islam khususnya Hadis dibagi atas tiga periode yaitu periode pra-Goldziher, periode Goldziher, dan periode pasca-Goldziher. Adapun beberapa pemikirannya yang terkenal diantaranya tentang “Hadis tiga Masjid” , yaitu:
حَدَّثَنَا عَلِيٌّ ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ ، عَنِ الزُّهْرِيِّ ، عَنْ سَعِيدٍ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، عَنِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَ : لاَ تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلاَّ إِلَى ثَلاَثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ صلى الله عليه وسلم وَمَسْجِدِ الأَقْصَى
“Rasulullah saw bersabda, ‘Tidak dikencangkan tali kendaraan kecuali menuju tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsha.” (HR. Bukhari)
Menurutnya, Abdul Malik bin Marwan mempercayakan kepada Az-Zuhri untuk membuat hadis yang sanadnya bersambung dan menyebarkannya ke masyarakat, sehingga akan terbangun persepsi bahwa ada tiga masjid yang dapat dipakai untuk ibadah haji. Ini muncul dari kekhawatiran Abdul Malik bin Marwan apabila orang Syam yang pergi haji ke Makkah akan melakukan baiat kepada Abdullah bin Zubair.
Menurutnya, Imam Az-Zuhri telah melakukan pemalsuan Hadis, dan ia juga mengubah teks-teks sejarah yang berkaitan dengan Ibn Syihab al-Zuhri, sehingga menimbulkan kesan bahwa Imam al-Zuhri memang mengakui dirinya sebagai pemalsu Hadis. Menurut Goldziher, Az-Zuhri pernah berkata, “inna haula'I al-umara akrahuna 'ala kitabah ahadist” (para penguasa itu memaksa kami untuk menulis Hadis). Jadi fokus Goldziher lebih kepada membangun keraguan akan otensitas Hadis.

Ignaz Goldziher menuduh bahwa penelitian hadist yang dilakukan oleh ulama klasik tidak dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiyah karena kelemahan metodenya. hal tersebut, (menurut goldziher) karena para Ulama klasik lebih banyak menggunakan metode kritik sanad, dan kurang menggunakan metode kritik matan.


2. Joseph Schacht



Lahir di Silisie Jerman pada 15 Maret 1902. Karir Orientalisnya diawali dengan belajar psicology klasik, theologi dana bahasa-bahasa timur di Univ. Berslauw dan Univ. Leipzig. meraih gelar Doctoralnya pada umur 21 tahun.

Menurut M.M Azami, dibanding dengan Goldziher, hasil penelitian Schacht memiliki "keunggulan" karena ia bisa sampai pada kesimpulan yang meyakinkan bahwa tidak ada satupun Hadis yang otentik dari Nabi Muhammad, khususnya Hadis-hadis yang berkaitan dengan hukum-hukum Islam. Sementara Goldziher hanya sampai pada kesimpulan yang meragukan adanya otentisitas Hadis. tidak aneh jika kemudian buku Schacht memperoleh reputasi dan sambutan yang luar biasa.
Menurut Ahmad Luthfi Fathullah, ada lima pemikiran yang dikemukakan J. Schacht dalam kajian Hadis yaitu;
  •  Konsep Fitnah adalah salah satu teori untuk mengetahui mulai kapan isnad digunakan dalam Hadis. Pemahaman itu muncul dari perkataan Ibnu Sirrin  yang mengatakan bahwa “Isnad ada setelah terjadi fitnah.” Sementara fitnah menurut Schacht adalah peristiwa terbunuhnya Khalid bin Yazid yang terjadi pada tahun 126 H. jadi, Tidak benar jika mengatakan bahwa isnad sudah ada sejak sebelum abad kedua Hijriyah dan juga tidak terbukti.
  • Family Isnad yaitu segala bentuk periwayatan yang di dalam sanadnya ada hubungan keluarga. menurut Schacht, semua periwayatan yang diriwayatkan oleh keluarga adalah palsu dan tidak mempunyai nilai otentisitas Hadis, tetapi hanya sebagai alat untuk melindungi kemunculan Hadis, karena diasumsikan adanya persekongkolan dengan pihak keluarga sehingga tidak bisa mengeluarkan suatu berita atau hadis yang otentik.
  • Common Link adalah istilah yang dipakai untuk seorang periwayat hadis dari seorang yang berwenang, lalu mengajarkannya lagi kepada dua atau lebih dari muridnya. Common Link dalam tradisi muhaddisin disebut hadis gharib. Schacht meyakini bahwa hadis baru ada pada masa orang yang menjadi common link , bukan dari sahabat atau Nabi.
  • Projecting Back adalah teori Schacht guna menelusuri asal-usul serta otentisitas hadis didasarkan pada perkembangan sanad yang ada dalam tradisi muhaddisin. Dengan kata lain, projecting back adalah isnad-isnad meningkat secara bertahap oleh pemalsuan, isnad yang tidak lengkap sebelumnya dilengkapi pada waktu koleksi-koleksi klasik. Menurutnya, adanya pengembangan isnad dengan jumlah yang besar atau projecting back adalah upaya sengaja yang dilakukan muhaddisin agar doktrin-doktrin mereka dipercaya oleh generasi berikutnya dan dianggap berasal dari tokoh-tokoh yang terpercaya. Kesimpulannya, semakin sempurna dan lengkap suatu isnad, semakin belakangan pula ia muncul.
  • E Silentio adalah alat pokok yang digunakan Schacht untuk menguji kebenaran hadis berdasarkan data yang cukup yang akan mengarahkannya pada kesimpulan bahwa “kita tidak akan menemukan hadis-hadis hukum dari Nabi yang akan dipertimbangkan sebagai hadis shahih.”Artinya sebuah hadis tidak ada pada suatu saat tertentu jika ia tidak digunakan sebagai argumen hukum.
3. C. G.H.A Juynboll


Juynboll terkenal karena teori Cum Matan Analysisnya. Cum Matan Analysis adalah suatu teori yang menitikberatkan pada teks atau matan suatu hadis, keshahihan suatu hadis ditentukan oleh matannya benar atau salah. Kalau matannya dinilai sudah benar, maka langhakh selanjutnya adalah mencari serta meneliti jalur sanadnya karena menurut teori ini perkataan ulama atau perawi hadis hanyalah sesuatu yang sekunder, sehingga dikatakan bahwa diagram-diagram sanad yang telah ditentukan harus diuji melalui analisis matan, karena ditakutkan bahwa perawi yang menyebutkan periwayatannya hanya sebuah pengakuan belaka.

Tanggapan Terhadap Orientalis


Tanggapan Atas Orientalis
Beberapa tokoh ulama yang terkenal dengan tanggapannya terhadap pemikiran para orientalis di bidang hadis adalah Prof. DR. Mustofa Azami. Beberapa tanggapannya adalah:
  • Meluruskan kembali pendapat dari Ignaz. Dalam salah satu bukunya, beliau menghancurkan pendapat dari Ignaz dan mementahkan semua argumennya.
  • Tidak ada bukti historis yang memperkuat teori dari Ignaz,
  • Menyimpulkan bahwa sahih Bukhari merupakan kitab tervalid setelah al-Quran
  • Beliau juga memberikan banyak sekali tanggapan atas pemikiran Schacht. Diantaranya tentang Konsep Fitnah. Dia mengatakan bahwa pemakaian sanad ada bukan sejak dikeluarkannya pernyataan Ibnu Sirrin, melainkan sudah ada sejak abad pertama bahkan sebelum Islam datang.  Tentang Family Isnad, ia berpendapat bahwa tidak semua isnad keluarga adalah palsu dan tidak semua benar. kredibilitas isnad keluarga masih dikembalikan pada kondisi masing-masing. Tentang Common link, ia berpendapat bahwa teori Schacht tidak valid, hal itu bisa dilihat dari pembuatan diagram yang salah oleh Schacht, tidak teliti memahami teks tersebut yang diambil dari ikhtilaf hadis, dan simplisitnya mengambil hadis yang lain, karena ketika dia menyimpulkan suatu hadis dia tidak melihat seluruh yang meriwayatkan tema tersebut. Tentang projecting back, ia berpendapat teori tersebut mempunyai kelemahan diantaranya menyandarkan pada sahabat yang lebih muda. Artinya jika seorang periwayat ingin memalsukan isnad hadis, mengapa tidak menyandarkannya kepada tokoh yang lebih tua yaitu tokoh-tokoh terkemuka. Tentang E Silentio, dia berpendapat bahwa Schacht tidak konsisten karena Schacht sendiri menyatakan bahwa suatu hadis pernah digunakan sebagai argumen hukum.


 


5 Utusan Super Sabar, Ulul Azmi

Dalam sirah nabawiyyin ada sebuah gelar yang dimiliki oleh 5 orang utusan Tuhan, dari yang 25. Ke 5 Nabi tersebut memperoleh gelar Ulul Azmi karena kapasitas kesabaran, ketabahan dan keteguhan hati yang sangat amat luar biasa. Bukan berarti 20 Nabi lainnya tidak sabar atau tidak teguh. ke 5 Nabi yang menyandang gelar dilihat dari perspektive pengorbanan mereka dalam menyuarakan syi'ar ajaran Allah yang amat sangat penuh cobaan. tentu kita faham setiap nabi dan Rasul menghadapi umat dan zaman yang beragam. 

"Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (Muhammad), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh," (QS 33/7).

"Dia telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya..."
(QS 42/13).

Adapun Nabi yang mendapat Gelar Ulul Azmi adalah Sebagai Berikut :

1. Nuh as.


Nuh bin Lamik bin Mutuisyalkh dari keturunan Idris, lalu keturunan Nabi Syits bin Adam. Diperkirakan hidup pada tahun 3993-3043 SM dan diangkat menjadi Nabi pada tahun 3650 SM. Diperkirakan beliau tinggal di wilayah yang kini disebut sebagai Iraq. Para ahli sejarah banyak menyebutkan bahwa beliau wafat di Mekkah, dan memiliki 4 anak laki-laki. Nama Nuh disebutkan sebanyak 43 kali dalam Al-Qu’ran.

Nabi Nuh as mendapat julukan ulul ’azmi karena kesabarannya yang tinggi. Nabi Nuh a.s adalah rasul pertama yang diutus Allah untuk meluruskan akidah dan akhlak umat yang telah menyimpang jauh dari ajaran yang benar. Nabi Nuh as digelari sebagai ulul ’azmi kerana kesabarannya dalam berdakwah dan mendapat hinaan dari kaumnya. Nabi Nuh tanpa menyerah terus menerus mendakwahi keluarga, kerabat dan masyarakat umum, untuk kembali ke jalan yang lurus. Usianya hampir 1000 tahun dan jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200 orang. Bahkan isteri dan anaknya yang bernama Kan’an tidak mempercayai ajaran yang dibawanya dan menjadi musuhnya. Atas kehendak Allah umat nabi Nuh as yang membangkang ditenggelamkan dengan banjir yang dahsyat dan semuanya mati, kecuali nabi Nuh as dan pengikutnya yang beriman.
Kualifikasi Nuh sebagai ulul azmi di antaranya karena kesabarannya dalam berdakwah dan mendapat hinaan dari kaumnya. Nuh tanpa menyerah terus menerus mendakwahi keluarga, kerabat dan masyarakat umum, untuk kembali kejalan yang lurus. Hampir 1000 tahun usianya jumlah umat yang mengikutinya tidak lebih dari 200 orang. Bahkan istri dan anaknya yang bernama Kan’an termasuk penentangnya. Atas kehendak Allah umat Nuh yang membangkang ditenggelamkan dengan gelombang air bah dan semuanya hancur, kecuali Nuh dan pengikutnya yang beriman.

2. Ibrahim as.

Sejak masih bayi Ibrahim harus diasingkan ke dalam gua, yang disebabkan oleh perintah Raja Namrudz untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang baru lahir. Setelah dewasa, ia harus berhadapan dengan raja dan masyarakat penyembah berhala termasuk kedua orang tuanya yang pembuat berhala. Bahkan ia harus menerima siksaan yang pedih, yaitu dibakar hidup-hidup dan diusir dari kampung halamannya. 
Setelah dewasa, ia harus berhadapan dengan raja dan masyarakat penyembah berhala termasuk kedua orang tuanya yang pembuat berhala. Bahkan ia harus menerima siksaan yang pedih, iaitu dibakar hidup-hidup dan diusir dari kampung halamannya. Sudah hampir seratus tahun usia dan pernikahannya dengan Sarah, ia belum dikurniai anak hingga isterinya meminta ia menikahi seorang budak berkulit hitam bernama Hajar untuk dijadikan isteri. Akhirnya Hajar dapat melahirkan seorang anak yang diberi nama Ismail. Allah memerintahkan Ibrahim untuk melepas isteri dan anaknya yang baru lahir dan sangat dicintainya itu ke tanah gersang di Makkah. Kerana kesabaran dan kepatuhannya, perintah itu dilaksanakan. Namun, perintah lebih berat diterima Ibrahim, iaitu harus mengorbankan Ismail yang baru meningkat remaja. Hal ini pun beliau laksanakan, tapi Allah akhirnya menggantikannya dengan seekor domba (kambing kibas). Selain itu ujian nabi Ibrahim a.s yang lain adalah membangun Kaa’bah, dan menghadapi Raja Namrudz yang zalim.

3. Musa as.

Musa bin Imran dri keturunan Ya’qub bin Ishak. Diperkirakan hidup pada tahun 1527-1408 SM dan diangkat menjadi Nabi pada tahun 1450 SM. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Firaun Mesir dan Bani Israil di Mesir. Beliau wafat di Tanah Tih. Mempunyai 2 orang anak.

Nabi Musa a.s adalah nabi yang paling banyak namanya disebutkan dalam al-Qur’an iaitu sebanyak 136 kali. Beliau termasuk Nabi yang mendapat gelar ulul ’azmi kerana kesabarannya yang tinggi dalam menghadapi dan berdakwah kepada Firaun, selain itu, dia juga mampu untuk bersabar dalam memimpin kaumnya yang sangat pembangkang. Ketika Musa akan menerima wahyu di Bukit Sinai, pengikutnya yang dipimpin Samiri menyeleweng dengan menyembah berhala Anak lembu emas. Harun yang ditugasi mengganti peran Musa, tidak sanggup untuk menghalangi niat mereka, bahkan ia diancam hendak dibunuh. Tetapi, Musa pernah tidak dapat bersabar ketika berguru kepada Khidir.

4. Isa as.

Isa bin Maryam binti Imran dari keturunan Sulaiman bin Daud. Diperkirakan hidup pada tahun 1SM-32M dan diangkat menjadi nabi pada tahun 29M. Beliau ditugaskan berdakwah kepada Bani Israil di Palestin. Beliau juga tidak wafat melainkan diangkat ke sisi Allah. Nabi Isa as Disebutkan sebanyak 25 kali di dalam Al-Quran.
Banyak hal yang menunjukkan bahwa Isa memiliki kesabaran dan keteguhan dalam menyampaikan ajaran Allah. Terutama, ketika Isa sabar menerima cobaan sebagai seorang yang miskin, pengkhianatan seorang muridnya, Yudas Iskariot, menghadapi fitnah, penolakan, hendak diusir dan dibunuh oleh kaum Bani Israil. Kehidupan Isa menggambarkan kezuhudan dan ketaatan dalam beribadah.


5. Muhammad SAW 

Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muttalib dari keturunan Ismail bin Ibrahim. Diperkirakan hidup pada tahun 571M-632M dan diangkat menjadi Nabi pada tahun 610M. Baginda ditugaskan berdakwah kepada seluruh manusia dan alam semesta. Tinggal di Mekkah dan Madinah. Wafat di Madinah. Meninggalkan 7 orang anak.
Sejak kecil sampai dewasa, Muhammad selalu mengalami masa-masa sulit. Pada usia 6 tahun dia sudah menjadi yatim piatu. Setelah dewasa ia harus membantu meringankan beban paman Abu Thalib yang merawatnya sejak kecil.
Tantangan terberat yang dihadapi adalah setelah diangkatnya menjadi seorang rasul. Penentangan bukan saja dari orang lain, tetapi juga dari Abu Lahab, pamannya sendiri. Muhammad juga harus ikut menderita tatkala Bani Hasyim diboikot (diasingkan) di sebuah lembah dikarenakan dakwahnya. Rasulullah saw juga harus ikut menderita tatkala Bani Hasyim diboikot (diasingkan) di sebuah lembah dikeranakan dakwahnya. Dan masih banyak lagi kesabaran dan masa masa sulit yang dihadapi baginda dari mulai lahir sampai beliau wafat.



Jumat, 26 Oktober 2012

Idhul Adha, Sebuah Refleski Keseharian


Hari ini, 26 Oktober 2012 atau 10 Dzulhijjah 1433 H, Umat muslim dunia merayakan sebuah hari Agung. Hari yang disebut sebagai Idhul Adha. Layaknya pada Idhul Fitri, pada Idhul Adha Asma Ilahi begitu membahana dikumandangkan, disegala pelosok daerah, kota, desa, Tempat Ibadah, Rumah-rumah bahkan dalam hati kaum mu'min yang melafalkannya.

Jika kita kembali pada Sejarah Idhul Adha, tentu saja tidak akan lepas dari sosok Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail (Alaihimassalaam). 

Ibrahim As. dilanda kegelisahan, dimana beliau takut karena dalam usia yang lebih dari 80an tahun, beliau belum dikaruniai seorang putra. Putra yang diharapkan menjadi penerus dan pembawa risalah Allah pada masa itu. dalam hari-hari nya Ibrahim As. selalu memanjatkan do'a : رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Robbi hablii minash shoolihiin” [Ya Rabbku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh]”. (QS. Ash Shaffaat: 100)

Allah menjawab do'a tersebut. dikarunialah Ibrahim seorang putra, bernama Ismail As. tatkala Ismail beranjak besar. Allah merasa "cemburu", Allah Ingin menguji Ibrahim. Nabi Ibrahim tidur dan bermimpi. Dalam mimpi tersebut, seseorang berkata kepada beliau “Wahai Ibrahim, tepatilah janjimu !”. Setelah terbangun pada pagi hari, berliau berpikir dan mengangan-angan, dan berkata pada dirinya “Apakah mimpi itu dari Allah ataukah dari syetan ?”. Kemudian hari itu dinamakan yaumut tarwiyyah atau hari tarwiyyah[1], karena tarwiyyah dalam bahasa arab artinya berpikir mengingat masa lalu.
Pada malam harinya beliau tidur dan bermimpi seperti mimpi yang pertama. Setelah terbangun pada keesokan hari, beliau mengetahui bahwa mimpi tersebut berasal dari Allah. Dan pada hari itu (tanggal 9 Dzul Hijjah) dinamakan yaumu arofah atau hari arofah[2]. Pada malam harinya beliau pun bermimpi dengan mimpi yang sama seperti sebelumnya. Setelah terbangun pada keesokan hari, beliau baru menyadari bahwa mimpi tersebut adalah perintah untuk menyembelih putra beliau. Kemudian pada hari itu (tanggal 10 Dzul Hijjah) dinamakan yaumun nahr atau hari nahr[3].
Ketika Nabi Ibrahim akan mengajak putranya untuk disembelih, Beliau berkata kepada istri beliau Hajar “Pakaikanlah anakmu dengan pakaian yang bagus, karena sesungguhnya aku akan pergi bersamanya untuk bertamu !”. Hajar pun memberi Nabi Ismail dengan pakaian yang bagus, memberinya wangi-wangian, dan menyisir rambutnya. Kemudian Nabi Ibrahim pergi bersama Nabi Ismail dengan membawa sebuah pisau besar dan tali ke arah tanah Mina.
Setelah sampai di tanah Mina, Nabi Ibrahim berkata kepada putranya, sesuai yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shoffat penggalan ayat 102 :
يا بني إني ارى في المنام أني اذبحك فانظر ماذا ترى
Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu.
Maksudnya adalah Nabi Ibrahim meminta pendapat Nabi Ismail, bagaimana pendapat Nabi Ismail menyikapi mimpi tersebut. Mimpi seorang nabi adalah haq dan benar, apakah Nabi Ismail bisa bersabar atau ia meminta maaf sebelum dilaksanakan penyembelihan. Ini merupakan ujian yang diberikan dari Nabi Ibrahim kepada Nabi Ismail, apakah Nabi Ismail bisa taat dan tunduk ataukan sebaliknya. Nabi Ismail pun menjawab sesuai yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shoffat penggalan ayat 102 :
يا أبت افعل ما تؤمر ستجدني ان شاء الله من الصابرين
Wahai ayahku, lakukan apa yang diperintahkan kepadamu, Insya’allah engkau akan menemuiku termasuk orang-orang yang sabar
Ketika Nabi Ibrahim mendengarnya, beliau menyadari bahwa Allah telah mengabulkan do’anya, sesuai yang termaktub dalam Surat Ash-Shoffat ayat 100 :
رب هب لي من الصالحين
Ya Tuhanku, anugrahkan kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang sholeh
 Sebuah Refleksi
 Banyak sekali pelajaran yang dapat dipetik dan ditransformasikan dalam kehidupan sehari-hari dari sekelumit sejarah Idhul Adha. dimana Esensi utama adalah Pengorbanan yang tanpa pamrih kepada Allah SWT. Jika kita bermuhasabah pada diri kita, sudahkah kita pernah berqurban (dalam arti umum) dengan benar-benar mencurahkan segala ikhlas kita dijalan Allah?
Berbicara mengenai pengorbanan. dalam keseharian kita sadar atau tidak sadar, langsung atau tidak langsung, kita kerap bersinggungan dengan hal itu. dalam hal profesi misalnya, kita mengorbankan segenap waktu dan fikiran kita guna memenuhi tuntutan, baik profit finansial, profesionalisme working dan memenuhi hajat keluarga. dalam hal dagang (ekonomi) kita tak jarang mengorbankan materi kita sebagai modal, melepaskannya demi berjalannya roda ekonomi kehidupan.
Namun, pernah kah kita berqurban atas nama Allah? rasa-rasanya jarang. rasa-rasanya tak tentu. bahkan kadang tak ingat. kita merasa sibuk diatur dunia, padahal seharusnya, dunialah yang harusnya kita atur, agar tak menggerus areal ke-akheratan. tidak melampaui batas kapling masa depan kita setelah mati.
 Kita lebih sibuk mengejar hal-hal duniawi agar tak lepas dari genggaman. bahkan tak jarang kita memaki Tuhan jika keduniawian tersebut lepas dan hilang dari hadapan kita, atau mungkin ketika begitu susahnya digapai. buta, kita menjadi buta karena dunia. lupa pencipta, lupa berqurban bahkan lupa mengucap syukur.
Patutnya kita malu, Ibrahim As. berpuluh-puluh tahun mengharap, berdo'a dan memohon putra demi kesinambungan ajaran Allah, namun harus mengorbankannya ketiak telah mendapatkannya. patutnya kita menunduk dan menangis, menelaah keiklasan Ismail As. memenuhi dan memperlancar perintah Allah yang diberikan pada Ayahnya, Ibrahim As. Allah Maha Kaya, tidak mungkin dan mustahil baginya tidak membalas apa yang diperbuat umatnya, baik atau buruk, kecil maupun besar.
Idhul Adha mengingatkan kita untuk belajar Iklas dalam berqurban dijalan Tuhan, materi dan keduniaan adalah Allah pengaturnya, hal tersebut hanya kendaraan kita didunia ini. tak ada salahnya menggunakan kendaraan tersebut untuk "membonceng" saudara-saudara kita yang membutuhkan.
Semoga kita termasuk Umat Muhammad yang Sholih, seperti Ibrahim dan Ismail, Selamat Hari Raya Idul Adha 1433 H.
___________________



[1] Tarwiyyah artinya berpikir dan mengangan-angan kejadian masa lalu. Hari itu dinamakan tarwiyyah didasarkan pada Nabi Ibrahim yang berpikir, mengingat-ingat dan mengangan-angan atas nadzar (janji pada diri sendiri) beliau yang terlupakan.
[2] Arofah artinya mengetahui. Hari itu dinamakan arofah didasarkan pada Nabi Ibrahim yang mengetahui bahwa mimpi yang telah dialami beliau adalah wahyu. Hari arofah juga didasarkan pada nama tempat di mekkah yaitu arofah, dimana pada hari itu dilaksanakan wuquf di tanah arofah bagi para pelaksana ibadah haji.
[3] Nahr artinya menyembelih. Hari itu dinamakan nahr didasarkan pada perintah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail. Dan setiap tanggal 10 Dzul Hijjah dilaksanakan qurban yaitu penyembelihan binatang ternak seperti kambing, sapi, kerbau, dan unta. 

Senin, 22 Oktober 2012

Islam Modern, Tokoh dan Secuplik sejarah


Benturan-benturan antara Islam dengan kekuatan Eropa menyadarkan umat Islam bahwa jauh tertinggal dengan Eropa dan yang merasakan pertama persoalan ini adalah kerajaan Turki Usmani yang langsung menghadapi kekuatan Eropa yang pertama kali. Kesadaran tersebut membuat penguasa dan pejuang-pejuang Turki tergugah untuk belajar dari Eropa.

Masa kebangkitan Islam atau disebut dengan masa pembaharuan mulai menggeliat pada tahun 1800 M. Pada masa tersebut kalangan kaum muslimin banyak yang mengerahkan pemikirannya untuk kemajuan agama Islam. para Ulama, Cendekiawan muslim di berbagai wilayah Islam banyak yang intens terhadap study Islam sehingga keortodokannya mulai ditinggalkannya. Sehingga pada masa pembaharuan tersebut ilmu pengetahuan, kebudayaan dan ajaran islam berkembang di berbagai Negara seperti Negara India, Turki, Mesir.
Tokoh pembaharu yag ternama adalah Muhammad ibn Abdul Wahab di Arabia dengan Wahabiyahnya pada tahun 1703-1787 M. Gerakan ini memiliki pengaruh yang besar pada abad ke – 19. Upaya dari gerakan ini adalah memperbaiki umat Islam sesuai dengan ajaran Islam yang telah mereka campur adukkan dengan ajaran-ajaran tarikat yang sejak abad ke 13 telah tersebar luas di dunia Islam.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, di Turki Usmani mengalami kemajuan dengan usaha-usaha dari Sultan Muhammad II yang melakukan terhadap umat Islam di negaranya untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dengan upaya melakukan pembaharuan dibidang pendidikan dan pengajaran, lembaga-lembaga Islam diberikan muatan pelajaran umum dan upaya mendirikan “ Mektebi Ma’arif” guna menghasilkan tenaga ahli dalam bidang administrasi dan “Mektebi Ulumil Edebiyet” guna menghasilkan tenaga penterjemah yang handal serta upaya mendirikan perguruan tinggi dengan berbagai jurusan seperti kedokteran, teknologi dan militer.
Pada tanggal 1 November 1923 kesultanan Turki dihapuskan dan diganti dengan Negara Republik dengan presiden pertamanya yaitu Musttafa Kemal At Turk, IPTEK semakin maju. dan pada waktu itu juga di India bermunculan cendekiawan muslim modern yang melakukan usaha-usaha agar umat Islam mampu menguasai IPTEK seperti Sayid Ahmad Khan, Syah Waliyullah , Sayyid Amir, Muhammad Iqbal, Muhammad Ali jinnah dan abdul Kalam Azad. salah satu dari cendekiawan tersebut yang sangat menonjol dan besar jasanya terhadap umat Islam adalah Sayid Ahmad Khan.
Penguasa Mesir yaitu Muhammad Ali (1805-1849) dalam hal IPTEK agar maju berupaya dengan mengirimkan para mahasiswa untuk belajar IPTEK ke perancis setelah lulus dijadikan pengajar di berbagai perguruan tinggi seperti di universitas Al Azhar sehingga dengan cepat IPTEK menyebar ke seluruh dunia Islam. Selain itu terdapat Universitas Iskandariyah di kota Iskandariah yang memiliki fakultas kedokteran, Teknik, Farmasi, Pertanian, Hukum, Perdagangan dan Sastra. Universitas Aiunusyam di kairo, Universitas Assiut, Universitas Hilwan, universitas Suez, dan Universitas “The American University in Cairo.
Pada perkembangan Islam abad modern, umat islam timbul kesadarannya tentang pentingnya ajaran islam yang sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman hidup. karena umat Islam sudah jauh dari ajaran Rasulullah SAW yaitu banyak penyimpangan-penyimpangan dari sumber asalnya, penyakit bid’ah, tahayul, klenik, perdukunan, kemusrikan dll sangat merebak dan hamper seperti kehidupan Jahiliyah. Dengan kondisi umat Islam tersebut maka muncullah para pembaharu yaitu suatu gerakan pemurnian terhadap ajaran agama Islam yang sesuai dengan ajaran yang bersumber pada Qur’an dan Hadits.

Sejalan dengan pesatnya perkembangan berbagai bidang pada abad XIX-XX, Islam melahirkan sejumlah tokoh, antara lain sebagai berikut.


NAMAMASA_HIDUPASALKETOKOHAN
Abduh, Muhammad1849-1905MesirPemikir, teolog, dan pembaru Islam
Abdul Aziz bin Sa'ud1880-1953Arab SaudiRaja pertama Arab Saudi
Abdurrahman, Tunku1903-1990MalaysiaTokoh kemerdekaan Malaysia dan sekjen pertama OKI
Abdus Salam1926-1996PakistanIlmuwan muslim pertama peraih Nobel Fisika, pendiri ICTP (International Centre for Theorical Physics)
Agha Khan Muhammad Syah al-Hali1877-1957IndiaImam Syiah Ismailiyah, penulis, Aga Khan ketiga)
Ahmad Khan, Sir Sayid1817-1898IndiaPembaru Islam
Ali Abdul Raziq1888-1966MesirUlama dan hakim syar'I (hakim agama)
Ali Pasya, Muhammad1765-1849MesirPendiri negara Mesir Modern
Ali Syari'ati1933-1977IranSosiolog, ahli politik, dan ahli syariat
Alusi, Syihabudin Ahmad1802-1854IrakUlama, mufti, dan pemikir
Ameer Ali1849-1928IndiaPembaru, sejarawan, pengacara, dan guru besar hukum Islam
Aqqad, Abbas Mahmud1889-1964MesirJurnalis, kritikus, dan sastrawan
Arkoun, Mohammed1928AljazairPemikir Islam kontemporer di bidang teologi, filsafat dan hukum
Ataturk, Mustafa Kemal1881-1938TurkiPendiri dan presiden pertama Republik Turki
Faisal bin Abdul Aziz1906-1975Arab SaudiRaja Arab Saudi (memerintah 1964-1975)
Farid Wajdi, Muhammad1875-1954MesirWartawan, pengarang, ahli fikih, dan pembaru pemikiran Islam
al-Faruqi, Ismail Raji1921-1986PalestinaIlmuwan, penggagas Islamisasi ilmu pengetahuan, pendiri Pusat Pengkajian Islam Temple University, Philadelphia (Amerika Serikat)
al-Fatani, Daud bin Abdullah1718-1847ThailandAhli fikih, tasawuf dan ilmu kalam
Faziur Rahman1919-1988PakistanCendekiawan, penulis, aktivis muslim, dan guru besar University of Chicago (Amerika Serikat)
Gamal Abdul Nasser1918-1970MesirNegarawan dan presiden Mesir (1956-1970)
Haekal, Muhammad Husain1888-1956MesirSejarawan, sastrawan, dan negarawan
Hasan al-Banna1906-1949MesirTokoh pergerakan dan pembaruan di Mesir
Hassan Hanafi1934MesirFilsuf hukum Islam dan guru besar Filsafat Universitas Cairo
Inayat Khan, Hazrat1882-1927IndiaMusikus dan sufi
Iqbal, Sir Muhammad1873-1938PakistanPenyair, filsuf, dan pembaru Islam
al-Jabati1753-1822MesirSejarawan dan Penulis
Jamaluddin al-Afghani1838-1897AfganistanPembaru Islam, aktivis politik, jurnalis, dan penggerak pan-Islamisme
Jauhari, Tantawi1870-1940MesirCendekiawan dan ahli filsafat
Jinnah, Muhammad Ali1876-1948PakistanPendiri negara Pakistan
Kemal Pasya, Namik1840-1888TurkiPenyair, pengarang, wartawan, penulis drama, dan tokoh Usmani Muda
Khomeini, Ayatullah Ruhollah1900-1989IranPendiri Republik Islam Iran
Mahfouz, Naguib1911MesirSastrawan Muslim, pemenang Nobel sastra 1988
Mahmud II1785-1839TurkiSultan ke-33 kerajaan Usmani
Malcolm X (Malik asy-Syabbaz)1925-1965Amerika SerikatPemimpin muslim Afro-Amerika, tokoh Nation of Islam
al-Manfaluti, Mustafa Lutfi1876-1924MesirPerintis sastra Arab Modern, sastrawan dan nasionalis Mesir
al-Maraghi, Muhammad Mustafa1881-1945SudanUlama, guru besar tafsir, dan mantan rektor Universitas al-Azhar
Maryam Jamilah1934Amerika SerikatPenulis dan intelektual muslim
Maududi, Abu A'la1903-1979IndiaUlama dan pemikir Islam
Mernissi, Fatima1940MarokoTokoh feminimisme Islam
Mutanhari, Murtada1919-1979IranUlama dan filsuf
Naquib al-Attas, Muhammad1931MalaysiaAhli filsafat, pendiri The International Institute of Islamic Thought an Civilization (ISTAC), dan pemikir Islamisasi ilmu pengetahuan
Nasr, Husein1933IranPemikir IslaSyiah kontemporer
Nawawi al-Jawi1813-1897IndonesiaUlama, penulis, dan pendidik asal Banten, menetap di Mekah
Qasim Amin1865-1908MesirPemikir dan toko pembaru, terutama tentang peran dan emansipasi wanita
Qutub, Sayid1906-1966MesirCendekiawan dan tokoh Ikhwanul Muslimin
Rasyid Rida, Muhammad1865-1935MesirPemikir dan ulama pembaru
el-Saadawi, Nawal1931MesirPendiri Arab Women's Solidarity Association (AWSA)
Sabiq, Sayid1915MesirUlama di bidang fikih
Shuon, Frithjof1907SwissAhli perbandingan agama dan pemimpin aliran filsafat perenial, nama muslimnya Muhammad Isa Nuruddin
asy-Sya'rawi, Mutawalli1912MesirUlama dan mantan menteri agama Mesir
Syaltut, Mahmud1893-1963MesirUlama dan pemikir Islam dari Universitas al-Azhar
Syaukani, Muhammad bin Aliw. 1834YamanAhli hadis, fikih, usul fikih, dan mujtahid
Syauqi, Ahmad1869-1932MesirSastrawan Arab modern dan kolumnis surat kabar
Thabathaba'I, Muhammad Husin1903-1981IranMufasir, hakim, ahli syariah dan ilmu esoteris, perancang evolusi Iran
Thaha Husein1889-1973MesirSastrawan, pemikir, dan pembaru
at-Turabi, Hasan1932SudanPolitikus, pendidik, dan tokoh Islamisasi Sudan

Hikmah mempelajari sejarah perkembangan Islam pada abad modern dapat disikapi dengan sejarah tersebut dapat memberikan ide dan kreatifitas tinggi untuk mengadakan perubahan-perubahan supaya lebih maju dengan cara yang efektif dan efisien, Problema-problema masa lalu dapat menjadi pelajaran dalam bidang yang sama pada masa yang selanjutnya, Pembaharuan dapat dilakukan dalam berbagai bidang baik ekonomi, pendidikan ,politik dan lain sebagainya.

Referensi
  • Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, Prof. Dr. Abdul Aziz Dahlan, Prof. Dr. Nurcholish Madjid, etc. Ensiklopedi Islam, Penerbit PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2005.
  • Prof. Dr. Nurcholish Madjid, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, Dr. Ahmad Qodri Abdillah Azizy, MA, Dr. A. Chaeruddin, SH., etc. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Penerbit PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2008, Editor : Prof. Dr. Taufik Abdullah, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, MA.
  • Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Mendalami Nilai-nilai Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah, Obeikan Riyadh, Almahira Jakarta, 2008.
  • Dr. Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta Sejarah yang Disampaikan Al-Qur'an secara Akurat disertai Peta dan Foto, Dar al-Fikr Damaskus, Almahira Jakarta, 2008.
  • Tim DISBINTALAD (Drs. A. Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq Nasution), Al-Quran Terjemah Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung, Jakarta, 2004
  • Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran, Syaamil Al-Quran Terjemah Per-Kata, Syaamil International, 2007.
  • alquran.bahagia.us, al-quran.bahagia.us, dunia-islam.com, Al-Quran web, PT. Gilland Ganesha, 2008.
  • Muhammad Fu'ad Abdul Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979.
  • Al-Hafizh Zaki Al-Din 'Abd Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Al-Maktab Al-Islami, Beirut, dan PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2008.
  • M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 2008.
  • Al-Bayan, Shahih Bukhari Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
  • Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 1999. 

Sumber 1 & 2

Minggu, 21 Oktober 2012

Kutubussittah, 6 Master Kitab Hadist



Dalam literature Ilmu Hadist terdapat kitab-kitab hadist yang menjadi acuan dan rujukan hadist. dimana dalam kitab-kitab tersebut memuat dan merangkum teks-teks hadist. dengan kategorisasi masing-masing. Istilah Kutubus Sittah digunakan untuk menyebut enam kitab induk hadits, yaitu Shahih Al Bukhari, Shahih Muslim, Sunan An Nasa`I, Sunan Abi Dawud, Sunan At Tirmidzi, dan Sunan Ibni Majah. Mari kita mengenalnya secara ringkas.
Untuk mengetahui As-Sunnah atau hadith-hadith Nabi, maka salah satu dari beberapa bahagian penting yang tidak kalah menariknya untuk diketahui adalah mengetahui profil atau sejarah orang-orang yang mengumpulkan hadith, yang dengan jasa-jasa mereka kita yang hidup pada zaman sekarang ini dapat dengan mudah memperoleh sumber hukum secara lengkap dan sistematis serta dapat melaksanakan atau meneladani kehidupan Rasulullah untuk beribadah seperti yang dicontohkannya.

Abad ketiga Hijriah merupakan kurun waktu terbaik untuk menyusun atau menghimpun Hadith Nabi di dunia Islam. waktu itulah hidup enam penghimpun ternama Hadith Shahih yaitu:
  1. Imam Bukhari
  2. Imam Muslim
  3. Imam Abu Daud
  4. Imam Tirmidzi
  5. Imam Nasa’i
  6. Imam Ibnu Majah 
  1. Bukhori (194-256 H)

Yang dikarang oleh Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin al Mughiroh bin Bardizbah al ja’fi al Bukhori. Dilahirkan hari Jum’at 13 Syawal 194 H di kota Bukhara. Pada usianya yang relatif masih muda ia sudah mampu menghafal tulisan beberapa ulama’ hadits yang ada di negrinya. Masih pada usia relatif muda berumur ± 16 th pula ia pergi ke Mekkah bersama ibu dan saudaranya untuk melaksanakan ibadah haji pada tahun 210 H. Selanjutnya tinggal di Madinah dan menulis sejarah yang terkenal Tarikh al-Kabir, disamping makam Nabi Muhammad SAW.
Al-Bukhori tergolong orang yang memiliki sifat penyabar dan memiliki kecerdasan yang jarang dimiliki oleh orang lain. Kecerdasan dan Ketekunan dalam mempelajari hadis-hadis itulah kemudian diberi gelar Amir al-Mu’minin fi al-Hadits, oleh ulama’-ulama’ hadits pada zamanya. Di samping sifat penyabar dan kecerdasan itu, ia juga terkenal mempunyai sifat Wara’ dalam menghadapi kehidupan, dan ahli ibadah. Al Bukhori menghafal 100.000 hadits shohih dan 200.000 hadits yang tidak shohih , suatu kemampuan menghafal yang jarang ada tandinganya. Salah satu karay besar yang monumental dalam kitab hadis yang ditulis oleh Bukhori adalah kitab Jami’ al-shohih yang kelengkapan nama kitab ini telah dikemukakan pada awal tulisan ini, kitab Jami’ al-shohih ini dipersiapkan selama 16 tahun. Ketika hendak memasukkan hadis ke dalam kitab ini , ia sangat berhati-hati. Hal ini terlihat setiap ia hendak mencantumkan hadits dalm kitabnya didahului mandi , berwudlu, dam shalat istikhoroh meminta petunjuk kepada Allah tentang hadits yang ditulisnya. Bukhori menyatakan: Saya tidak memasukkan dalam kitab Jami’ku ini kecuali yang shohih saja. Dan jumlah hadits dalam kitab Jam’ itu sebanyak 7397 buah hadits dengan ditulis secara berulang, dan tanpa diulang sebanyak 2602 buah yaitu hadis mu’allaq,mutabi’, dan mauquf. Dalam teknis penulisanya, al- Bukhori membuat bab-bab sesuai dengan tema dan materi hadits yang akan ditulisnya, sewtelah selesai menulis kitab shahihnya, al-Bukhori memperlihatkanya kepada Ahmad Ibn Hanbal, Ibn Ma’in, Ibn al-Madani,dll dari kalangan ulama’-ulama’ hadits. Mereka semuanya menilaai bahwa hadits-hadits yang terdapat didalamnya kualitasnya tidak diragukan , kecuali 4 buah hadits saja dari sekian banyak hadits yang memerlukan peninjauan ulamg untuk dikatakan sebagai hadits shohih. Al Bukhori meninggal di desa Khartank kota Samarkand pada tanggal 30 Ramadhan tahun 256 Hijriyah.
  1. Muslim (204 H-261H=820 M-875M)

            Nama lengkap Muslim adalah Muslim al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi. Ia termasuk salah seorang dari ulama’-ulama’ hadits yang terkenal. Dilahirkan di Naisabur pada tahun 204 Hijriyah. Sejak masih kecil, ia sudah mulai tertarik untuk menuntut ilmu. Berbagai tempat telah dikunjunginya untuk memenuhi kegemaranya tersebut. Muslim menerima hadits dari beberapa orang gurunya, disamping itu pula dia menerima dari al-Bukhori sendiri, selanjutnya karir intelektualanya mengikuti al-Bukhori terutama dalam menulis kitab shahihnya. Hubungan keduanya sangat intim sekali, dan Muslim sangat menghormati al-Bukhori. Salah satu kitab hadits karya Imam Muslim adalah al-Jami’ al-Shohih atau dikenal dengan sebutan Shohih Muslim saja. Yang ia tulis selama 12 tahun. Jumlah hadits yang terdapat dalam kitab ini, tanpa diulang-ulang sebanyak 3030 buah, dan jumlah keseluruhanya adalah 10,000 buah hadis. Imam Muslim menyatakan tentang kitab shohihnya :
“ Aku tidak meletakkan sesuatu (riwayat) dalam kitabku ini kecuali yang dapat dijadikan hujjah, dan aku tidak menggugurkan sesuatu (riwayat) yang ada dalam kitabku ini kecuali berdasarkan hujjah” Sedangkan perjalanan karir Muslim dalam lapangan hadis telah dirintis sejak kecil yaitu sejak tahun 218 H. Upaya penelusuran hadis tidak terbatas pada wilayah melalui perjalanan panjang dan melelahkan, melainkan juga ia banyak menemui guru para ahli hadits yang ia terima periwayatanya dari mereka. Maka dengan bekal semangat , kesabaran , dan ketulusan yang tinggi ia lakukan hal itu dengan tekun hingga tercapainya tujuan. Wilayah yang ia kunjungi diantaranya: Baghdad, Hijaz, Syam, Mesir, Ray, Khurasan, Naisaburi, dan lainya. Muslim dikenal pula mempunyai daya hafal yang tinggi, disamping kemampuan dalam mengarang. Muslim selam hidupnya telah cukup banyak menyumbangkan buah pikiran dalam dunia ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan hadis. Ia wafat pada tahun 261 H di Naisabur.
Sebagai bahan perbandingan, kebanyakan para ulama’ hadis berpendapat bahwa shohih al- Bukhori lebih tinggi derajatnya disbanding dengan derajat shohih Muslim . Salah satu yang menjadi alasanya , Muslim terkadang meriwayatkan hadis dari al-Bukhori , sedangkan al-Bukhori tidak meriwayatkan hadis dari Muslim.
  1. Imam Abu Dawud(202 H-275 H = 817 M 889 M)

a. Nama lengkap dan tanggal kelahiranya
Ialah Abu Dawud Sulaiman bin Al-Asy’ats bin Ishaq As-Sijistany. Beliau di nisbatkan kepada tempat kelahiranya, yaitu di Sijistan (terletak antara Iran dengan Afganistan). Beliau dilahirkan di kota tersebut, pada tahun 202 H. (817 M)
b. Guru-guru dan muridnya
Ulama’-ulama’ yang telah diambil haditsnya, antara lain Sulaiman bin Harb, ‘Utsman bin Abi Syaibah, Al-Qa’naby dan Abu Walid At-Thayalisy. Ulama’-ulama’ yang pernah mengambil hadits-haditsnya, antara lain putra sendiri ‘Abdullah, An-Nasa’iy, At-Turmudzy,Abu ‘Awwanah, ‘Ali bin ‘Abdu’sh-Shamad dan Ahmad bin Muhammad bin Harun.
c. Karya-karyanya
Diantara karyanya yang terbesar dan sangat berfaedah bagi para mujtahid ialah kitab Sunan yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Abi Dawud. Beliau mengaku telah mendengar hadits dari Rasulullah saw sebanyak 500000 buah. Dari jumlah itu beliau seleksi dan ditulis dalam kitab Sunannya sebanyak 4800 buah. Beliau berkata :” saya tidak meletakkan sebuah hadits yang telah disepakati oleh orang banyak untuk ditinggalkanya. Saya jelaskan dalam kitab tersebut nilainya dengan shahih, semi shahih, (yushibuhu), mendekati shahih (yuqoribuhu), dan jika terdapat dalam kitab saya yang wahnun
syadidun (sangat lemah) saya jelaskan. Adapun yang tidak kami beri penjelasan sedikit pun, maka hadits tersebut bernilai shahih dan sebagian dari hadits yang shahih ini ada yang lebih shahih daripada yang lain. Menurut pendapat Ibnu Hajr, bahwa istilah Shahih Abu Dawud ini lebih umum dari pada jika
dikatakan bias dipakai hujjah (al-ihtijah) dan bias dipakai I’tibar Oleh karenanya setiap hadits dha’if yang bias naik menjadi Hasan atau setiap hadits hasan yang bias naik menjadi hadits shahih bias masuk dalam pengertian yang pertama(lil-Ihtijaj), yang tidak srperti kedua itu, biasa tercakup dalm pengertian kedua (lil-I’tibar) dan yang kurang dari ketentuan itu semua termasuk yang dinilai dengan wahnun syadidun.
d. Pujian para ulama’ terhadapnya
Para ulama’ telah sepakat menetapkan beliau sebagai hafidz yang sempurna, pemilik ilmu yang melimpah, muhaddits yang terpercaya, Wira’iy dan mempunyai pemahaman yang tajam, baik dalam ilmi hadits maupun lainnya.
Al-Khaththany berpendapat, bahwa tidak ada susunan kitab ilmu agama setara dengan kitab Sunan Abu Dawud. Seluuh manusia dari aliran-aliran yang berbeda-beda dapat menerimanya. Cukuplah kiranya bahwa umat tidak perlu mengadakan persepakatan untuk meninggalkan sebuah hadits pun dari kiatab ini. IbnuAl-‘Araby mengatakan , barang siapa yang dirumahnya adalah Al-Qur’an dan kitab Sunan Abu Dawud ini, tidak usah memerlukan kitab-kitab yng lain. Imam Ghazaly memandang cukup, bahwa kitab sunan Abu Dawud itu dibuat pegangan bagi para mujtahid.
e. Tanggal wafatnya
Beliau wafat pada tahun 275 H. (889 M) di Bashrah
  1. Imam AT-Turmudzi(200 H-279 H= 824 M-892 M)

a. Nama dan tanggal kelahiranya
Abu ‘Isa Muhammad bin ‘Isa bin Surah adalah seorang muhaddits yang dilahirkan di kota Turmudz, sebuah kota kecil di pinggir Utara Sungai Amuderiya, sebelah Utara Iran. Beliau dilahirkan di kota tersebut pada bulan Dzulhijjah tahun 200 H. (824 M). Imam Bukhary dan Imam Turmudzi, keduanya sedaerah, sebab Bukhara dan Turmudzi adalah satu daerah dari daerah Warauhan-nahar.
b. Guru-guru dan muridnya
Beliau mengambil hadits dari ulama’ hadits yang ternama seperti: Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Musa, al-Bukhary dan lain-lainya. Oranag banyak belajar hadits pada beliau dan diantara sekian banyak muridnya yang dapat dikemukakan antara lain Muhammad bin Ahmad bin MAhbub
c. Karya-karyanya
Beliau menyusun kitab sunan dan kitab I’Ilalul Hadits. Kitab ini bagus sekali, banyak faedahnya dan hokum-hukumnya lebih tertib. Setelah selesai kitab ini ditulis, menurut pengakuan beliau sendiri, dikemukakan kepada ulam’-ulam’ Hijaz, Irak dan Khurasan, dan ulama’ tersebut meridhaoinya serta menerimanya dengan baik. “ Baranga siapa yang menyimpan kitab saya ini di rumahnya”, kata beliau, “seolah-olah di rumahnya ada seorang nabi yang selalu bicara.” Pada akhir kitabnya beliau menerangkan, bahwa semua hadits yang terdapat dalam kitab ini adalah ma’mul (dapat diamalkan)dan kitab-kitab yang beliau karang adalah:, Kitab At-Tarikh, Kitab Asy-Syama’il an-Nabawiyyah, Kitab Az-Zuhd, dan Kitab Al-Asma’ wal-Kuna.
d. Tanggal wafatnya
Beliau wafat di Turmudz pada akhir Rajab tahun 279 H. (892 M)
  1. Imam An-Nasa’iy (215 H-303 H)=(839 M-915 M)

a. Nama dan tanggal kelahiranya
Nama lengkapnya adalah adalah Abu ‘Abdirrahman Ahmad bin Sya’aib bin Bahr. Nama beliau dinisbatkan kepada kota tempat beliau dilahirkan. Beliau dilahirkan pada tahun 215 H. di kota Nasa yang masih termasuk wilayah Khurasan. Seorang muhaddits putra Nasa yang pintar, wira’iy, hafidz lagi takwa ini, memilih Negara Mesir sebagai tempat untuk bermukim dalm menyiarkan hadits-hadits kepada masayarakat.
Menurut sebagian pendapat dari Muhaddits, beliau lebih hafidz daipada Imam Muslim
b. Guru-guru dan murid-muridnya
Guru-guru beliau antara lain: Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim dan imam-imam hadits dari Khurasan, Hijaz, Irak, dan Mesir. Murid-murid beliau antara lain: Abu Nasher ad-Dalaby dan Abdul Qasim At-Thabary
c. Karya-karyanya
Karya beliau yang utama adalah Sunanulkubro yang akhirnya terkenal dengan nama sunan An-Nasaiy. Kitab sunan ini adalah kitab Sunan yang muncul setelah shahihain yang paling sedikit hadits dha’ifnya, tetapi paling banyak perulanganya . Misalnay hadits tentang niat, diulangnya sampai 16x. Setelah Imam An-nasa’iy selesai menyusun kitab kubrohnya , beliau langsung menyerahkanya kepada Amir Ar-Ramlah. Kata Amir: “ Hai, Abu ‘Abdurrahman , apakah hadits0hadits yang saudara tuliskan itu shahih semuanya? “ Ada yang shahih ada yang tidak” , sahutnya, “Kalau demikian” kata Amir,” Pisahkanlah yang shahih0shahih saja.” Atas perintah Amir ini maka beliau berusaha menyeleksinya, kemudian dihimpunya hadits-hadits pilihan ini dengan nama: Al-Mujtaba (pilihan)
d. Tanggal wafatnya
Beliau wafat pada hari Senin, tanggal 13 bulan Shafar, tahun 303 H(915 M), di Ar-Ramlah. Menurut suatu pendapat, meninggal di Mekkah, yakni disaat beliau mendapat percobaan di Damsyik, meminta supaya dibawah ke Mekkah, sampai beliau meninggal dan kemudian dikebumikan di suatu tempat antara Shafa dan Marwah.
  1. Imam Ibnu Majah (207 H-273 H= 824 M-887M)

a. Nama dan tanggal kelahiranya
Ibnu Majah, adalah nama nenek moyang yang berasal dari kota Qazwin, salah satu kota di Iran. Nama lengkap Imam hadits yang terkenal dengan sebutan neneknya ini, ialah: Abu ‘Abdillah bin Yazid Ibnu Majah. Beliau dilahirkan di Qazwin pada tahun 207 H=824 M Sebagaimana halnya para Muhadditsin dalam mencari hadits-hadits memerlukan perantauan ilmiah, maka beliaupun berkeliling di beberapa negri, untuk menemui dan berguru hadits kepada para ulam’ hadits.
b. Guru-guru dan murid-muridnya
Dari tempat perantauanya itu, beliau bertemu dengan murid-murid Imam Malik dan Al-Laits dan dari beliau-beliau inilah beliau banyak memperoleh hadits0hadits. Hadits-hadits beliau banyak diriwayatkan oleh orang-orang banyak
c. Karya-karyanya
Beliau menyusun kitab Sunan yang kemudian terkenal dengan nama Sunan Ibnu Majah. Sunan ini merupakan salah satu Sunan yang empat. Dalam hadits ini terdapat hadits dha;if, banyak tidak sedikit hadits yang mungkar Al-Hafidz Al-Muzy berpendapat, bahwa hadits-hadits gharib yang ada dalm kitab ini , kebanyakan adalah hadits dha’if. Karena itulah para ulama’ mutaqoddimin memandang, bahwa kitab Muwatho’ Imam Malik menduduki pokok kelima, bukan Sunan Ibnu Majh ini.
d. Tanggal wafatnya
Beliau wafat hari Selasa, bulan Ramadhan, tahun 273 H =887 M. Jami’, Musnad, sunan, dan Mustadrak Jami’ atau Kitab Al-Jami’ yang dimaksud disini adalah kitab yang terkenal dengan sebutan Jami’ Tirmdzi yaitu salah satu kitab yang menjadi rujukan penting berkaitan masalah hadits dan ilmunya dan juga termasuk dalam Kutubus Sittah (enam kitab pokok dibidang hadits) dan ensiklopedia hadits terkenal, kitab ini banyak menjelaskan tentang fiqih, kitab ini juga terkenal dengan nama Sunan At-Tirmidzi. Kitab Sunan Tirmidzi ini sangat penting, karena kitab ini betul-betul memperhatikan ta’lil (penentuan nilai) Hadits dengan menyebutkan secara explicit hadits yang shohih, itulah penyebab mengapa kitab ini berada di tingkatan 4 dalam urutan kutubus sittah, berbeda dengan pendapat H. Khalfah (w 1657) mengaggap bahwa kitab ini adalah urutan ke-3 dalam kutubus Sittah. Tidak seperti kitab Hadits Imam Bukhari, atau yang ditulis Imam Muslim dan lainnya, kitab Sunan Tirmizi dapat dipahami oleh siapa saja, yang memahami bahasa Arab tentunya. Dalam menyeleksi Hadits untuk kitabnya itu, Imam Tirmizi bertolak pada dasar apakah Hadits itu dipakai oleh fuqaha (ahli fikih) sebagai hujjah (dalil) atau tidak. Sebaliknya, Tirmizi tidak menyaring Hadits dari aspek Hadits itu dhaif atau tidak. Itu sebabnya, ia selalu memberikan uraian tentang nilai Hadits, bahkan uraian perbandingan dan kesimpulanya
Musnad artinya yang disandarkan.Jadi kalau dikatakan sanad berarti rangkaian para perawi dari mukhorrij atau mudawwin paling akhir sampai rowi yang pertama langsung menerima dari Rosulullah SAW.Misalkan Musnad Imam Syafi’ie,maka itu artinya hadits-hadits yang dikumpulkan Imam Syafi’ie,sedang cara pengumpulannya ialah tiap-hadits yang diriwayatkan oleh sahabat secara berurutan,misalnya sahabat Ibnu Abbas,lalu Umar,Aisyah,Abu Hurairah dan demikian seterusnya.Oleh karena itu kitab hadits yang bernama Musnad,fasal-fasalnya tidak berurutan seperti kitab fiqih,misalnya fasal thoharoh dulu,baru fasal sholat,zakat,fasal haji.Kemudian dilanjutkan fasal Mu’amalat seperti jual beli dan lain-lain. Diteruskan dengan fasal Munakahat atau yang berhubungan dengan  pernikahan,perceraian,fasakh nikah,ruju’ dan sebagainya.Kemudian masuk bab Jinayat atau pelanggaran undang-undang dan masing-masing hukuman yang wajib diberikan terkait dengan pelangaran-pelanggaran tersebut,lalu disambung dengan bab-bab fiqih yang lainnya hingga selesai. jadi jelas kitab musnad itu isinya tidak beraturan dan berurutan masalah demi masalah yang diketengahkannya. Bab-bab dalam musnad itu,fasal-fasalnya adalah perihal rowi-rowinya yang diutamakan,maka didalamnya terdapat fasal Aisyah,fasal Abdullah bin Umar, Abu Hurairah,Abdullah bin Abbas dan seterusnya dari mulai rowi yang terbanyak meriwayatkan hadits sampai yang paling sedikit. Sunan ialah kitab hadits yang bab-babnya diurutkan menurut urutan fasal-fasal yang berhubungan dengan fiqh,seperti bab thoharoh dulu,lalu mu’amalat,munakahat,jinayat dan sampai akhirnya menurut rangkaian urutan persoalan-persoalan fiqh. Seputar Kitab al-Mustadrak karya al-Hâkim, Shahîh Ibn Khuzaimah dan Shahîh Ibn Hibbân al-Mustadrak karya al-Hâkim Sebuah kitab hadits yang tebal memuat hadits-hadits yang shahih berdasarkan persyaratan yang ditentukan oleh asy-Syaikhân (al-Bukhari dan Muslim) atau persyaratan salah satu dari mereka berdua sementara keduanya belum mengeluarkan hadits-hadits tersebut. Demikian juga, al-Hâkim memuat hadits-hadits yang dianggapnya shahih sekalipun tidak berdasarkan persyaratan salah seorang dari kedua Imam hadits tersebut dengan menyatakannya sebagai hadits yang sanadnya Shahîh. Terkadang dia juga memuat hadits yang tidak shahih namun hal itu diingatkan olehnya. Beliau dikenal sebagai kelompok ulama hadits yang Mutasâhil (yang menggampang-gampangkan) di dalam penilaian keshahihan hadits. Oleh karena itu, perlu diadakan pemantauan (follow up) dan penilaian terhadap kualitas hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Imam adz-Dzahabi telah mengadakan follow up terhadapnya dan memberikan penilaian terhadap kebanyakan hadits-haditsnya tersebut sesuai dengan kondisinya. Namun, kitab ini masih perlu untuk dilakukan pemantauan dan perhatian penuh.